Seperti biasanya sepulang kantor aku naik kopaja, tidak ada hal ganjil yg terjadi, aku pun duduk dikursi belakang supir, saat pengamen itu masuk dan bernyanyi seperti pengamen2 pada umumnya, aku masih berpikir tidak akan terjadi sesuatu. Ketika pengamen meminta uang, aku pun kasih uang pada pengamen itu, dan dia pun berlalu dihadapanku. Sempat curiga juga saat pengamen itu duduk di belakangku dan memeriksa uang hasil jerih payah dia bernyanyi. Bis pun berhenti saat pengamen itu turun, namun sebelum tururn ia menyimpan uang yang kuberikan tadi di dekat mesin kopaja, entah dia merasa terhina atau memang tidak butuh dengan uang itu. Ya Tuhan, aku merasa jantungku terhenti, dia melakukan itu karena aku memberinya uang receh logam sebesar seribu rupiah yg terdiri dari 3 keping 200 dan 4 keping 100. Aku pun hanya menatap uang receh tersebut, ingin rasanya bilang pada kondektur untuk mengambil uang yang ditinggalkan oleh pengamen itu, tapi mulutku terkunci dan aku hanya menatap seorang ibu yang diduduk yg menghadap ke mesin kopaja tempat pengamen itu meletakkan uangnya. Tak lama aku pun turun dari kopaja tersebut, kejadian itu terus berputar dikepalaku. Dalam hatiku terus membayangkan kejadian yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri, sebuah teguran buatku, apa aku terlalu pelit hingga kasih recehan atau pengamen itu yang merasa terhina dgn diberikan uang receh atau dia terlalu belagu untuk tidak menerima uang receh (seperti yg suamiku tuduhkan saat ku ceritakan kejadian itu). Apapun itu, ini menjadi pembelajaran buatku ke depan, bahwa mencari uang itu susah dan harus menghargai sekecil apapun uang dan walaupun receh, benda itu tetap uang yang jangan kita anggap remeh. Ingat sejuta kurang seratus rupiah, nilainya menjadi Rp. 999.900 :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar